Beranda | Artikel
Apa Perwujudan Rahmatan Lil Alamin?
Senin, 15 Januari 2018

Apa Perwujudan Rahmatan Lil Alamin?

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Allah berfirman tentang status Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmatan lil alamiin,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Tidaklah Aku mengutusmu – wahai Muhammad – kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. al-Anbiya: 107)

Dalam hadis yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أيهَا النَّاسُ إنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ

“Wahai sekalian manusia, saya adalah rahmat yang dihadiahkan.” (HR. Hakim dalam al-Mustadrak 100, dan disahihkan serta disepakati ad-Dzahabi).

Apa Perwujudan Rahmatan lil Alamin?

Ibnul Jauzi dalam tafsirnya – Zadul Masir – menyebutkan perbedaan pendapat mengenai cakupan kata ‘alamin’ dalam ayat di atas.

[1] Yang dimaksud alam pada ayat di atas adalah kaum mukminin, yang beriman kepada beliau. Ini merupakan pendapat Ibnu Zaid.

[2] Bahwa status beliau sebagai rahmat bagi seluruh alam mencakup orang mukmin maupun kafir. Yang beriman kepada beliau, sempurna rahmat yang dia dapatkan di dunia dan akhirat. Sementara yang kufur kepada beliau, hukuman untuknya di akhirkan sampai dia mati dan ketika datang kiamat. Ini merupakan pendapat Ibnu Abbas. (Zadul Masir, 4/365).

Keterangan mengenai perbedaan pendapat ini juga disebutkan al-Baghawi dalam tafsirnya. Beliau menjelaskan ayat di atas,

قال ابن زيد: يعني رحمة للمؤمنين خاصة فهو رحمة لهم. وقال ابن عباس: هو عام في حق من آمن ومن لم يؤمن فمن آمن فهو رحمة له في الدنيا والآخرة، ومن لم يؤمن فهو رحمة له في الدنيا بتأخير العذاب عنهم ورفع المسخ والخسف والاستئصال عنهم

Menurut Ibnu Zaid, maksudnya adalah rahmat bagi orang mukmin saja. Beliau menjadi rahmat mereka. Sementara Ibnu Abbas mengatakan, “Rahmat ini berlaku umum, mencakup orang yang beriman dan tidak beriman. Bagi orang beriman, beliau adalah rahmat bagi mereka di dunia dan akhirat. Sementara bagi mereka yang tidak beriman, beliau adalah rahmat bagi mereka di dunia dengan Allah akhirkan adzab untuk mereka. dicabutnya hukuman yang bentuknya al-maskh (pengubahan wajah), al-Khasaf (ditenggelamkan), atau hukuman dalam bentuk pembinasaan secara keseluruhan.” (Tafsir al-Baghawi, 5/359).

Diantara keistimewaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak ada pada nabi yang lain adalah ditundanya hukuman untuk orang yang tidak beriman kepada beliau. Umat para nabi sebelumnya ada yang dibinasakan oleh Allah dengan berbagai hukuman di dunia.

Ada yang dihujani batu seperti umatnya Nabi Luth. Ada yang diterpa angin hingga mematikan semuanya, seperti yang dialami kaum ‘Ad. Ada yang dibinasakan dengan suara sangat keras, seperti yang dialami kaum Tsamud. Ada yang ditelan bumi, diubah wajahnya menjadi babi dan kera, atau ditenggelamkan di laut, seperti yang dialami kaumnya Nabi Musa ‘alaihis salam.

Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, semua bentuk hukuman ini tidak ada. Bahkan Allah tegaskan dalam firman-Nya,

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ

“Allah tidak ada menyiksa mereka sementara kamu berada di tengah mereka.” (QS. al-Anfal: 33).

Ibnu Hajar al-Haitami pernah menegaskan hal ini,

ففي إرساله صلى الله عليه وسلم رحمة حتى على أعدائه من حيث عدم معاجلتهم بالعقوبة

Pengutusan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan rahmat, sampaipun bagi para musuh beliau, dimana hukuman untuk mereka ditunda. (Fatawa al-Haditsiyah, hlm. 35).

Memahami keterangan di atas, berarti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi rahmat bagi seluruh alam sejak beliau diutus oleh Allah, dan BUKAN sejak beliau mendirikan khilafah. Beliau sudah menjadi rahmat, ketika beliau di Mekah, ketika beliau di Madinah, hingga beliau diwafatkan oleh Allah.. dan syariat beliau menjadi rahmat bagi seluruh alam, sekalipun tidak ada khilafah.

Rahmat bagi mukmin, dalam bentuk hidayah di dunia dan pahala akhirat. Rahmat bagi kafir, dalam bentuk mereka tidak disegerakan hukumannya dari Allah. Mereka tetap bertahan hidup di dunia, sekalipun mereka mengingkari utusan Allah.

Gara-gara Rindu Khilafah

Para aktivis HTI selalu mengatakan semua permasalahan di alam ini akan selesai jika ada khilafah islamiyah. Sampaipun hal terkecil, selalu dikaitkan dengan khilafah islamiyah. Dalam salah satu buletin HTI yang beredar di jogja, sempat dibahas tentang banjir di Jakarta dan beberapa kota di Indonesia. Selanjutnya penulis menegaskan, solusinya adalah khilafah.

Jika benar khilafah adalah tujuan terbesar dakwah para nabi termasuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu akan ada dalil tegas yang menyatakannya.

Namun, berkali-kali Allah menegaskan, bahwa tujuan terbesar Allah mengutus para nabinya adalah untuk mengajak mereka bertauhid, dan memberikan ketaatan kepada Allah sehingga selamat dunia akhirat.

Allah berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.” (QS. an-Nahl: 36)

Allah juga berfirman tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

قُلْ إِنَّمَا يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Katakanlah: “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: “Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa. maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya).” (QS. al-Anbiya: 108)

Dan anda perhatikan, ayat ini Allah sebutkan setelah ayat yang menegaskan posisi beliau sebagai rahmatan lil alamin.

Jika benar khilafah adalah tujuan terbesar dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu beliau akan meminta raja Najasyi untuk menyerahkan kekuasaannya di bawah kepemimpinan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Atau beliau meminta raja-raja Romawi dan Persi untuk menyerahkan kekuasaan mereka kepada pemerintah Madinah.

Namun itu itu tidak terjadi. Beliau hanya meminta mereka untuk masuk islam, tanpa meminta mereka untuk menyerahkan kepemimpinannya kepada Madinah.

Barangkali ini yang mendasari Sang Dai menyatakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan rahmatan lil alamin karena wahyu yang Allah berikan, namun ketika beliau memiliki negara Madinah.

Demikian, Allahu a’lam.

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/30983-apa-perwujudan-rahmatan-lil-alamin.html